DI
ANTARA RINDU KITA BERDUA
Jika aku harus menjauh darimu,menata langkah menyusuri arah
yang berbeda.
Mungkin kau perlu tahu,diantara do’a malam dan kilau bintang
Bayangan dirimu selalu setia menemaniku…
Dipanjangnya
hari tanpa dirimu,kupungut butir-butir rindu satu persatu.
Biarlah
angin senja membawanya kepadamu
Untuk
rekatkan rindu diantara kau dan aku…
INDAH
CINTA
Dengan segenap hati ku serahkan rasa kasih
Dan dengan ketulusan ini aku mencintaimu…
Segala asa dan rasa bersatu…
Detak
rindu menyatu hati kita
Indahnya
cinta seperti sa’at mentari pagi..
Sa’at
hangatnya cintamu memeluku..
Api semangat yang tak pernah padam
Ulurkan tanganmu sa’at ku trjatuh
Embun pagi yang tak pernah kering
Membasahi keringnya kerinduanku
Sungguh
berada disampingmu adalah keindahan
Pancaran
api kesucian yang tak pernah padam
Dalam
bahagia yang tak pernah surut
Kurasakan
dalam setiap cintamu
Yang
kurasa,indahnya cintamu tak akan pernah kuganti…
SUARA ANGIN
DALAM TANAH
Aku tak tahu harus memaknai apa
Kesiur angin dalam tanah serupa teriakan
Kadangkala tangisan
Puisi,tapi tak terangkai dalam kata- kata maupun tanda
Melagukan himne masa depan
Namun bukan pula nyanyian yang asyik di dengarkan
Suara
angin dalam tanah itu bukan teriakan
bukan tangisan
Tumpah
dalam bentuk apa- apa atau apa saja yang tersisa
Hanya
isyarat semenanjung do’a dari ketulusan paling purba
Mungkin moyang bosan melihat cucu cicit mereka menyanyikan lagu nista dan dosa- dosa
Sungguh aku tak tahu harus memaknai apa atau melakukan apa
saja
Menahan suara angin dalam tanah
Supaya tak lagi menyapa menyerupai apa- apa yang terlupa
Di benak tanah, di balik debu- debu nista.
KUSAMBUT MALAM
Kusambut malam
Begitu para kembara rebahkan jiwa
Setelah letih bernafas
Dan kembali kepelukan bumi
Kusambut
malam
Mata
kata sembaya kematian
Sementara
mataku tetap terkatup
Henig, bisu,,,
Kurebahkan malamku yang sepi
Raga yang terbujur kaku
Menyusun mimpi menanti mati
Kusambut
malam
Saat
keranda bersuara
Menanti
kedatanganku
Selamat
malam, aku pergi,,,,
@
-( senja )- @
Malam turun perlahan- lahan
Damai sentosa hening terang
Sunyi senyap alam sekarang
Suara angin tertahan-tahan
Bunga
di kebun menutup kuntum
Lalu
tidur didalam duka
Burung
termenung mengingat duka
Dalam
sarang rasa dihukum
(sungai penghabisan )
aku kembara yang tak tahu jalan
pulang…
pada siapa telah kutanyakan
namun tiada jawaban
aku kehilangan tanda-tanda
pohon jambu dan serikaya
di depan gapura desa
aku
marah sa’at mereka tertawa
aku
marah sa’at di sodori keranda
aku
ingin hidup
mereka
ingin aku mati
sungai
dan hutan bayangan redup
diam-
diam ku tangisi
aku tumbal sungai penghabisan
di potonnya lidah
aku tak bisa lagi bicara
di potongnya telinga
aku tak bisa lagi mendengar
di potongnya tangan
aku tak bisa lagi mengepal
di renggutnya jantung
darah
menyungai tempat orang- orang merngapung….
(
cinta )
Dia datang tanpa ku ketahiu
Memasuki pintu hatiku
Anganku melambung tinggi
Mengibak angin yang berhembus
Kini
dia pergi tanpa permisi
Keluar
dari lubuk hatiku
Dari
hati yang paling dalam
Menggores
sejuta angan di benaku
Merobek
riban tirai di hariku
Dapatkah ku hentikan langkahnya
Atau ku biarkan berlalau dari anganku
Kini dia tinggal membekas di hatiku
Terkubur bersama anganku yang mati…
(
apakah cinta itu )
Orang hidup karna cinta
Cinta yang membuat kita hidup
Seluruh dunia mengenal cinta, tapi
apakah cinta itu…
Kita
tak dapat hidup hanya dengan cinta
Cinta
tak dapat membeli sesuatu
Tapi
orang tak dapat hidup hanya dengan cinta
Kasih
saying kebahagiaan ada dalam cinta
Kesedihan
penderitaan ada juga dalam cinta
Manis asam itukah rasa cinta?
Cinta tak boleh hilang dari muka bumi
Cinta tak boleh membuat dunia gila
Hanya itulah yang kutahu…
SISA HUJAN
Gerimis yang merantau di halaman
menggambarkan abad- abad yang tembaga
puing-puing sejarah masa lampau
bercermin padanya
rintik
hujan selalu jadi harapan batu tua
yang
makin kelam di bakar matahari
juga
do’a- do’a kering di tenggorokan
karna
mimpi indah saja tak kennyang
sedang tas-tas jarum jam
peringsut membawa hari-hariku
pada takdir rumput-rumput teki
adakah
embun pagi itu
sisa hujan yang menyejukan hati?
PIRANTI KEADILAN
Piranti keadilan
Rupa perkakas ucap tak bermakna
Diburu mengobrak abrik kampanye
Mwniup eksistensi
Piranti
keadilan
Menunjuk elit
politik tanpa suara
Mendomisilikan diri
di tengah dera katkyat
Pengecut yang hanya mendekat rangka- rangka mimpi
Piranti
keadilan
Keberadaannya
berganti roktah anonym
Yang tak dikenal dalam pentas politik
Membangun fasilitas tak jelas
Piranti
keadilan
Terpampang di serbu papan reklame
Memikirkan karakter berkedok muslim
Dalam kutukan serigala pencakar.
DENGAN
KASIH SAYANG
Dengan
kasih saying
Kita
simpan bedil dan kelewang
Punahlah
gairah pada darah
Jangan !
Jangan
dibunuh para lintah darat
Ciumlah
dengan mesra anak jadah tak beraayah
Dan
sumbatkan jariimu pada mulut peletupan
Karena
darah para bajak dan perampok
Akan
mudah mendidih oleh pelor
Mereka
bukan tapir atau budak
Hatinyapun
berurusan cinta kasih
Seperti
jendela terbuka bagi angin sejuk !
Cibta yang sering kehabisan cinta untuk mereka
Cuma membenci yang Nampak
Hati takbisa berpelukan dengan hati
mereka
Terlampan terbatas pada lahiriah masinga- masing
Terhadap
sajak yang palig dalam
Bacalah
dengan senyuman yang sabar
Jangan
dibenci kaum pembunuh
Si
miskin yang mengemis lagi
Dan
terhadap penjahat yang paling laknat
Pandanglah
dari jendela hati yang bersih.
13 jan 2011
AKU
MELIHAT
Ternyata
aku hanyalah zarah debu,
Di
keluasasan padang pasir
Yang
menggemakan jejak kehadirat tuhan
Lalu aku terperanjat
Sa’at derap kaki muhamad
Membangunkan
aku
Aku
melihat darah
Aku
melihat airmata
Aku
melihat mayat
Aku
menyaksikan segalanya
Aku adalah seruling yang tercabut dari
rumpunnya
Kunyanyikan tangis
Kunyanyikan duka
Kunyanyikan rindu dendam
Dinia
telah membusuk
Kusimpan
itu dalam catatan
Tuhan,
cabutlah aku kembali.
TRAGEDI
NELAYAN
Memandan
luas hamparan pulau
Panorama
laut charisma pantai
Gelombang
besar membawa buih
Hapuskan
pasir bertulis kata
Riak suara ombak kedamaian
Pasang surut arus keras
Kemilau planktom, rintih karang
Tumbuhan hijau terbawa gelombang
Angiin
berbisik di tengah sadra
Membawa
mutiara ke tepi pantai
Pasir
putih menghapus indah
Sandaran
perahu gemuruh ombak
Burung berkicau nyiur melambai
Di tengah samudra badai terhempas
Terjadi nelayan didalam pukat
Matahari tenggelam bulan bersinar.
Sujudku
jatuh
Sujudku jatuh mencium tanah
Yang dihampiri sajadah basah
Tak kuasa bendunganku tumpah
Runtuh nian jasadku lemah
Kidung
sepi yang terlantun
Gulirkan
zikir tak putus menuntun
Iringi
detak nada-nada do’a yang mengalun
Luruhlah
keangkuhannku turun
Sajadah ini menjadi saksi
Kupuja dia setulus hati
Hanya dia yang kumiliki
Karena hanya dia yang mau perduli
Aku
yakin dia ada
Walau
dia tampak tiada
Apakah
karena aku manusia biasa
Hingga
kukenal nama tiada rupa
Ia tidak berkata-kata
Ia tahu kita tiada sanggup
mendengarnya
Ia hanya meminta kita
Membaca tanda-tanda kekuasaannya
Kita
hidup karena dia
Mati
pun kita karena dia
Putaran
alam keingiinannya
Segala
perjalanan atas kehendaknya
Dialah tuhan
Sumber kehidupan
Kini kubersujud memohon ampunan
Setelah lama ia terlupakan.
HARAPAN HAMPA
Dalam
galau hati
Ada
rasa ada ingin dan ada harap
Kalau
aku bisa terbang kesana
Seiring
tenggelam matahari
Kuteringat
akan kakanda
Bisakah
pantaai dan gelombang
Bertemu
untuk selamanya
Hasrat
hati sama seperti hayal dan angan
Yang
takmungkin akan jadi kenyataan
Kanda
datanglah, kumerindukanmu…
TAFAKUR
Ketika
putriku tenggelam di cakrawala
Angin
mati
Laut
pun membisu
Sunyi
mencekam
Ketika keajaiban membentang
Ada rasa…
Ada gemuruh dalam dada
Kueja nada-nada
Nada ilahi
Dari tapak emi tapak
jalan kehidupan
Kumencari secercik sinar
Rahmatnya
Pada tirai perkasa alam
nyata
Ku syairkan lagu terindah
Dan rahasia-rahasianya
Ingin bersama
Dalam rengkuhannya
TERBANG
Tembangkanlah
Atas
nama tuhanmu
Yang
maha pencipta
Dan
maha tahu
Tembangkanlah
Kesegenap
penjuru
Dari
gua yang hening
Ke
medan yang hiruk pikuk
Dari
gurun-gurun yang gersang
Kegunung-gunung
nan hijau
Menjenguk
laut dan pulau
Menembus
hutan dan belantara
Melintas
samudra demi samudra
Menyusur
pesisir demi pesisir
Tembangkanlah
Atas
nama tuhanmu
Di
sepanjang waktu
Di
malam yang kelam
Atau
disiang benderang
Di
subuh yang kudus
Tembangkanlah
atas nama tuhanmu
Yang
maha pemurah
Pencurah
rahmat.
PENYELESAIAN DIAKHIR
KEMATIAN
Seluit senja di
padang angkasa
Ku tenggak asmara nikmat dunia
Tanpa batas ku
terlena
Beribu punndi ku
tenggak seketika
Tuk mengejar
kepuasan dunia
Sampai kulupa pada
sang pencipta
Kini
tubuhku terbaring tanpa daya
Ingat kematian menjemput di pelupuk
mata
Seluruh syaraf menegang seketika
Wajah angker menjelma di pelupuk
mata
Tak ada pertolongan datang
Yang ada senyuman sisis berlaku
Terbayang seluruh dosa sa’at itu juga
Hilang sudah yang ku harapkan di
dunia.
MENDADAK
Dalam keadaan bingung ku buat puisi
ini
Dalam keadan resah ku buat puisi ini
Dalam keadaan panic ku karang puisi
ini
Mendadak!
Aku bingung apa yang harus ku tulis
Aku resah harus bagaimana
Aku panic tak karuan
Mendaddak!
Ku tulis puisi ini dengan hati resah
Ku tulis puisi ini dengan hati
gemetar
Ku tulis puisi ini dengan keringat
dingin
Ahinya puisi ini pun jadi
Akhirrnya rasa resahku hilang
Akhirnya bebanku terlepas
Oh.. mendadak
Sandiwara dunia
Ini bukanlah panggung sandiwara
Ini adalah sebuah alamnya
Penuh dengan bayang-bayang semu
Kejahatan, kemunafikan nan meraja lela
Mana
mungkin kebahagiaan di dapat
Dan
tiada syurga didapat tanpa iman
Kedzoliman
kian merajut hari bahagia
Tinggal
terselubung kabut petaka
Desiran angin menghempaskan duka
Kicauan burung menyenandungkan lagu dusta
Alampun murka tanpa bicara
Akibat ulah manusia
Megahnya
metro politan kebanggan yang ada
Menumpuk
harta adalah yang biasa
Yang
kuat semakin berkuasa
Yang
lemah tiada berdaya
Penyesalan
diakhir kematian
Seluit senja dipadang angkasa
Kutenggak asmara nikmat dunia
Tanpa batas kuterlena
Beribu pundi kutenggak seketika
Wajah
rupawan kujadikan senjata
Tuk
mengejar kepuasan dunia
Ku
mabuk dalam ketenaran dunia